Bunuh Diri: Matinya Bahasa Indonesia - ahmad hanif

Bunuh Diri: Matinya Bahasa Indonesia

Bunuh Diri: Matinya Bahasa Indonesia


 

Pemertahanan bahasa adalah suatu keadaan masyarakat tutur yang selalu menjadikan bahasa sebagai wadah komunikasi intra komunitasnya.

 

Kalau ada yang tahu siapa itu Ivan Lanin, Marah Rusli atau Prof. Jusuf Sjarif Badudu tanpa browsing, bawa dia ke hadapanku. Banyak diantara kita yang menyepelekan bahasa Indonesia dalam penggunaan, menulis ataupun bertutur kata. Walaupun bahasa ibu kita adalah bahasa daerah atau bahasa pertama yang kita peroleh dari seorang ibu, tetapi kita sebagai bangsa dengan 717 bahasa, seyogyanya menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Di tengah globalisasi yang terus terjadi. Mengubah penggunaan bahasa Indonesia resmi (official language) ke bahasa gaul (the slang) lalu bahasa gaul ke inggris inggris-an (agglutinative english in slang). Saya mengistilahkan bahasa gaul ke-inggris-an ini sebagai bahasa gaul yang terafiksasi (mengimbuh) bahasa Inggris. Seperti bahasa Jaksel — jujurlly, you know lahse-difficult apa, atau nge-crush kata yang baru-baru ini populer.

Permisalan tersebut memang tidak tampak nyata mempengaruhi krisisnya bahasa Indonesia. Dikarenakan bahasa tersebut hanya digunakan untuk bahasa sehari-hari (bahasa non-formal), bukan untuk penulisan atau karya tulis ilmiah, bukan diterapkan di semua orang, tetapi hanya sekelompok orang saja.

Sebuah bahasa dapat punah jika tidak ada penutur aslinya, walaupun masih ada tulisan dalam kamus atau tulisan-tulisan dalam buku. Ini yang menjadi patokan bagi bahasa sendiri, bahwa bahasa tanpa Penutur Asli, maka bahasa tidak dapat diartikan sebagai bahasa secara hakikat. Karena berbicara adalah salah satu bentuk kemahiran untuk berbahasa. Dengan berbicara kita dapat mengetahui bentuk pengucapan bahasa (dialek), memahami bentuk emosional komunikasi (non-verbal) dan menunjukan variasi bahasa (tingkat bahasa). Sedangkan tulisan hanya berbentuk simbol dan tata bahasa (verbal,) tanpa mengetahui dialek ataupun emosional orang.

Tiga Tipologi (tipe bahasa)

Ada tiga tipe bahasa yang terjadi karena pengalihan bahasa dari lintas generasi, yaitu:

  1. Penutur asli pada semua umur (safe language): bahasa yang aman
  2. Penutur asli pada umur 25 keatas (endangered language): bahasa yang krisis
  3. Penutur asli pada umur 50 keatas saja (moribund language): bahasa yang punah

Coba kita ibaratkan, di desa Sumbersari menggunakan bahasa Indonesia misal. Orang di desa Sumbersari dengan penutur asli pada semua umur atau safe language bahasa Indonesia. Globalisasi terjadi sehingga bahasa Inggris masuk. Setelah masuknya bahasa Inggris maka orang safe language berkurang karena sebagian terpengaruh slang, sebagian mati, dan lahirnya generasi baru. Maka di Sumbersari menjadi endangered language dan bahasa Inggris mendominasi karena generasi baru sedangkan status safe language menghilang. Globalisasi terus berjalan di desa Sumbersari dengan slang campur bahasa Inggris. Orang endangered language menjadi orang moribund language karena para endangered language memilih bahasa Inggris sebagai bahasa mayoritas.

Ah aku bingung…

Mungkin kita dapat lebih meringkas lagi bedah konsep tentang, bagaimana sebuah bahasa dapat punah, sebagai berikut;

  1. Sebab… tidak ada penutur asli, maka bahasa punah
  2. Sebab… mayoritas penduduk menggunakan bahasa lain, maka bahasa mati
  3. Sebab… tidak ada generasi baru yang belajar penutur asli, maka bahasa bunuh diri
  4. Sebab… sebagai wilayah multibahasa (yang memilih lingua-franca dalam komunikasi lintas etnik), maka bahasa tereliminasi
  5. Sebab… sikap masyarakat atas dunia luar, maka bahasa terlalaikan
  6. Sebab… bencana Alam sehingga mati semua, maka bahasa hilang.

Lalu, bagaimana cara mengatasi krisis bahasa Indonesia khususnya terhadap globalisasi yang semakin cepat? Krisis bahasa pernah terjadi kepada masyarakat Yahudi untuk mempertahankan bahasa Ibrani. Karena pembantaian oleh NAZI Jerman sehingga menyebabkan kematian banyak masyarakat Yahudi sebagai pengguna bahasa Ibrani. Usaha pemulihan kembali bahasa Ibrani ini dengan vitalisasi etnolinguistik atau pelestarian bahasa kepada generasi baru. Etnolinguistik merupakan bagian dari antropologi budaya yang meneliti tentang bahasa sebagai wahana untuk melestarikan dan meneruskan kebudayaan kepada generasi berikutnya.

Masih banyak lagi cara-cara yang digagas oleh para ahli linguistik. Sehingga salah, jika kita sebagai bangsa dan penerus bangsa Indonesia malah meremehkan bahasanya sendiri. Upaya kecil dapat kita lakukan untuk melestarikan bahasa Indonesia agar tidak krisis. Seperti halnya berusaha menerapkan bahasa Indonesia dalam percakapan, mengajarkan kepada generasi baru, atau membuat tulisan status dengan penggunaan bahasa Indonesia.

Inilah kenapa kita perlu belajar bahasa Indonesia, walaupun kita sudah bisa bahasa Indonesia. Inilah kenapa negara Indonesia masih berlabel negara berkembang, karena kesadaran berbahasa kita masih rendah. Padahal bahasa adalah alat komunikasi, keistimewaan manusia, bahkan bahasa adalah dokumen bersejarah bagi bangsa.

 

Mohon untuk berpikir dua kali sebelum komentar