Cuan, Alasan Saya Nulis - ahmad hanif

Cuan, Alasan Saya Nulis

Cuan, Alasan Saya Nulis


Ada orang yang suka mendengar daripada berbicara, ada juga yang suka berbicara daripada mendengar. Tapi kalau disuruh milih suka baca atau tulis, jawabnya nggak dua-duanya. Tapi ngomongin soal nulis dan baca, saya mau nyeritain pengalaman dan alasan kenapa menulis itu bikin kita punya wawasan yang luas.


Karena, cewek suka laki yang wawasannya luas …
 


Beberapa tahun ini, saya belajar nulis. Alasannya bukan karena pengen dapet cuan atau pencitraan. Tapi saya menulis karena saya jatuh cinta dengan Bahasa Indonesia. Tiap belajar bahasa Arab saya ngerasa, “kok saya nggak paham ya” kalo nggak, “Kok Bahasa Arab sulit ya.” Akhirnya saya sadar, kalau saya itu butuh bahasa Indonesia buat memahami bahasa Arab. 


Bayangin ketika kalian jadi guru bahasa asing, terus ngajar full pakek bahasa asing, kira-kira muridnya ngerti nggak?

 

Dulu saya kurang suka orang yang pake bahasa Slang atau Gaul apalagi campur bahasa Inggris. Mungkin gara-gara metode pembelajaran bahasa Inggris, yang disuruh ngomong bahasa Inggris, kalau nggak tau kosakatanya bisa pake bahasa Indonesia. 

 

Balik lagi, keterampilan menulis itu jarang diminati karena cara, penerapan sama idenya sulit. Sebenernya, sama kayak keterampilan yang lain. Semua orang bisa dengerin, tapi kalau disuruh dengerin kayak konselor atau psikolog, mungkin akan sulit juga. Sama kayak ngomong, kalau nggak ada bahan buat diomongin … sulit juga.


 Jadi, mending ngomongin orang aja ya …


Alasan kedua saya menulis karena nyari hobi baru. Biar kalau udah tua nanti ada kerjaan atau hiburan. Coba aja pas tua nanti kamu cuma punya hobi satu, sepakbola misalnya. Emang masih sekuat dulu? Emang ada temennya? Saya belum tua, tapi mikir juga pas tua atau pensiun, ngapain ya … masak bikin masalah. 


Cari hobi yang kira-kira berlawan dari hobi sebelumnya, karena keterampilan bisa kita munculkan dan kembangkan. 


Banyak teknik, cara, metode sampai gaya menulis yang saya pelajari. Walau nggak semua tau dan bikin pro, agaknya saya bisa pake yang mana aja. Salah dua teknik menulis yang bikin saya terkesan adalah Three Act Structure sama Jurnalistik (Ala Tempo). Three Act Structure itu cara menulis novel, cerita atau skenario film. Kalau Jurnalistik itu kayak berita atau artikel ilmiah, karena buat dapetin apa yang ditulis kita harus observasi, wawancara, analisis, dll. Biar faktual, sesuai data lapangan.

 

Sebenarnya, belajar nulis nggak harus ikut workshop, kelas atau webinar. Nggak harus ikut komunitas atau orang, bisa juga otodidak. Kayak teknik Three Act Structure, saya dapat ini karena buku “Save The Cat,” buku yang sering direkomendasikan para penulis. Emang sih buku ini buat nulis novel atau cerita fiksi. Tapi Save The Cat juga dipakai Komika Stand up Comedy buat nulis materinya, Raditya contohnya. 

 

Akhir-akhir ini saya belajar menulis SEO (Search Engine Optimization) Friendly, ternyata lebih sulit daripada yang lain. Apa sih SEO Friendly? Metode menulis biar tulisan kita bisa masuk ke rekomendasi Google. Kalau lagi nyari sesuatu di Google, “Cara memainkan lato-lato” misalnya. Pasti ada website atau blog yang jadi urutan pertama di Google. Artinya, artikel SEO Friendly itu artikel yang direkomendasi karena mengikuti algoritma Google Search.





Nggak cuma joki skripsi, ada juga freelancer Content Writer Seo Friendly.

 

Menulis itu juga bisa dapet cuan, yang lebih menggiurkan daripada Youtube. Blog nggak cuma jadi tempat nulis artikel aja, bisa juga jadi tempat yang menghasilkan cuan, cuan dan cuan. Biasanya setiap 1000 pengujung atau klik biasanya dapat 1 dolar, kalau satu hari satu klik, satu bulan dapet 400 ribu lebih.

 

Udah itu aja, cuma mau curhat … jangan takut bermimpi, kalau nggak tercapai berarti belum waktunya. Tiap orang beda durasi suksesnya. Kita cuma butuh waktu, karena bukan kamu aja yang disia-siakan, waktu juga sering. Wii Www … 


Mohon untuk berpikir dua kali sebelum komentar