Bagaimana TikTok Merusak Generasi Muda? - ahmad hanif

Bagaimana TikTok Merusak Generasi Muda?

Bagaimana TikTok Merusak Generasi Muda?

bagaimana tiktok merusak generasi mudah



Bagaimana TikTok merusak gen Z menurut Anda? Apakah TikTok merusak atau memperbaiki generasi sekarang?


TikTok adalah media sosial paling sempurna yang pernah ada. Ringkas, menarik dan to the point, membuat penggunanya merasa betah dan nyaman dibuatnya. Terbukti dari rata-rata waktu yang mereka habiskan menggunakan Aplikasi TikTok selama 23 jam 28 menit per bulan. 

 

Ini lebih banyak daripada Youtube yang notabennya memiliki video berdurasi panjang. Artinya, TikTok adalah media sosial paling berbahaya bagi manusia, karena umur hidup manusia ditentukan juga dari seberapa lama kita menghabiskan waktu hanya untuk menonton video.


Bagaimana TikTok Dapat Merusak Generasi Muda?


Kenapa saya dan lebih dari jutaan orang menginstal TikTok? Entah, dunia apa yang menjadikan mayoritas adalah kebenaran. Namun, kebanyakan dari kita menginstal TikTok karena banyak yang menggunakannya.

 

Hal tersebut membuat TikTok akan lebih dipercaya lagi sebagai media sosial terfavorit pada masa postmodern ini. Selain itu, tidak ada cita-cita paling mulia selain menjadi terkenal atau mendapatkan uang di media sosial. Inilah arti TikTok bagi Gen Z, generasi yang lahir pada tahun 1997 sampai dengan 2012.


Amerika Serikat Melarang TikTok Sebab Dapat Mencuci Otak Pengguna


Kita tidak sadar kalau TikTok adalah media sosial paling banyak menggunakan data pribadi kita. Bahkan ketika kita sudah keluar dari aplikasi tersebut, TikTok masih melacak aktivitas kita. Inilah alasan Amerika Serikat secara serius melarang media sosial TikTok. 

 

Sebagai perusahaan, TikTok menjadi media yang banyak digemari bagi pengiklan, pebisnis sampai pemerintah. Ini karena, TikTok mengumpulkan dan menjual data kita untuk meraup keuntungan (uang) sebanyak-banyaknya. Semakin lengkap data kita dikumpulkan, semakin menguntungkan bagi mereka.

 

Pengumpulan data pribadi kita ada kaitannya dengan Algoritma TikTok. Apakah kalian pernah bertemu (relate) dengan informasi, pencarian, konten, produk, yang kita inginkan, sebelum kita mencarinya secara manual. Ini disebut dengan Algoritma TikTok, sistem TikTok yang menggunakan data dan aktivitas pengguna untuk menyajikan konten paling relevan dengan pengguna.


Lihat Juga: Algoritma TikTok Terbaru 2023


Indonesia menempati urutan ke-2 pengguna TikTok dengan jumlah 109 Miliar lebih setelah Amerika Serikat. Mereka menghabiskan waktu sekitar 29 jam perbulan setiap pengguna. Sedangkan pengguna terbanyak berumur 13-24 tahun dengan persentase 53% dari 109 miliar pengguna. Gender paling dominan menggunakan tiktok adalah perempuan (63%) dibanding, laki-laki (37%). 


TikTok Merusak Gen Z Pelan-Pelan


Cara TikTok merusak generasi muda, bukanlah dengan kecerdasan buatan yang dibuat TikTok. Namun, mereka (para pengguna) yang sebenarnya menciptakan bentuk perusakan ini. Satu tahun ini, saya telah mengamati, bagaimana tiktok dapat merusak generasi muda kita.

 

Dunia virtual sangat menguntungkan bagi kita untuk bersosial tanpa harus bertatap muka, tanpa batas ruang dan waktu. Artinya, tidak menutup kemungkinan jika pengguna juga bisa mengekspresikan dirinya secara bebas. Hal ini yang mendorong pengguna menjadi seseorang yang bukan dirinya.

 

Ini bertolak belakang dari pepatah Yunani, “Bahwa kebijaksanaan berawal dari memahami diri sendiri,” Aristoteles. Mengingat bahwa pengguna TikTok mayoritas adalah generasi muda yang berumur 13 sampai 25 tahun. Mereka akan menganggap bahwa dunia nyata adalah dunia maya itu sendiri. Tidak bisa membedakan mana realitas dan mana yang imajiner.

 

Aplikasi TikTok yang dapat diakses oleh siapapun secara bebas, menarik sebagian besar orang untuk membuat konten tanpa ada pertimbangan. Apakah konten tersebut dapat mempengaruhi cara pandang orang lain atau, bahkan merusak mental mereka.

 

Banyaknya konten TikTok yang menghibur, namun banyak juga konten yang dibuat dengan unsur kebenaran (fakta dan bernalar) tetapi untuk merugikan orang lain (Mal-Informasi). Konten TikTok seperti ini dapat menggiring opini kita, seakan-akan benar adanya.

 

Platform TikTok sendiri tidak dapat menyaring konten yang dibuat oleh penggunanya. Walaupun TikTok telah menyediakan fitur pelaporan untuk mendukung pemberantasan konten-konten yang membahayakan. Namun, konten TikTok berunsur mal-informasi sangat berbahaya bagi orang modern yang punya sifat logis.


Konten TikTok Perlu Diwaspadai


TikTok dianggap menjijikan bagi sebagian orang tetapi platform tersebut sangat populer di kalangan Generasi Z. Namun, ada kekhawatiran yang akan berdampak negatif pada kesehatan mental maupun mempengaruhi perilaku dan etika penggunanya. 

 

TikTok merusak generasi Z contohnya, ketika mereka yang berlomba-lomba menghasilkan uang lewat TikTok dengan cara apapun. Fenomena mandi lumpur atau apapun yang dapat merusak diri sendiri agar banyak yang memperhatikan mereka. Seperti maksud saya di atas, bahwa TikTok dapat merubah perilaku dan etika penggunanya.

 

Sepakat dengan kata-kata Kevin Anggara, “Jangan pernah percaya orang yang kita kenal di media sosial.” Kita harus meragu-ragukan informasi yang ada di media sosial, entah berbentuk video, foto, bahkan kata-kata yang sesuai kehidupan (related to us). Seperti halnya metode Keraguan Rene Descartes, untuk mencari kebenaran kita perlu meragu-ragukan segala sesuatu.

 

Algoritma TikTok, bahwa TikTok akan menyajikan konten sesuai referensi kita sendiri. Bukan hanya TikTok, media sosial lain juga seperti algoritma TikTok. Jangan sampai terjebak dalam gelembung filter media sosial karena perilaku kita sendiri. 

 

Ibarat lingkungan teman, saat bergaul dengan teman yang berbau parfum. Kalian akan disajikan bau parfum yang membuat kita terus betah dan nyaman. 

 

Namun, jika bertemu dengan seseorang yang berbau sampah, kalian menjadi garis keras (anti sampah). Bisa jadi kalian terjebak dalam lingkungan parfum, yang membuat pengetahuan kita tentang dunia menjadi sempit. 


 

1 komentar

  1. Saya Gen Z, lahir tahun 2005, tetapi saya sendiri tidak pernah memakai aplikasi TikTok, walaupun di lingkungan saya banyak yang memakainya. Bagi saya, konten-konten di TikTok seperti video berdurasi pendek, berformat potrait, disertai dengan efek jedag jedug serta lagu soundtrack DJ atau speed up, itu sangat menjenuhkan.

    BalasHapus